Search
Close this search box.

Konfusianisme dan Jalan Baru Sosialisme Tiongkok

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tri.or.id – Ketika Revolusi Kebudayaan (1966-1976) yang dicanangkan Mao Zedong dengan tujuan membersihkan Tiongkok dari unsur-unsur borjuistik dan feodalistik yang hasilnya adalah malapetaka, usai Ketua Mao wafat (1976), Deng Xiaoping mengambil jalan yang lebih pragmatis, yakni reformasi dan keterbukaan yang dikenal dengan Gaige Kaifang (1978).

aige Kaifang sejauh ini dikenal sebagai pergeseran di mana negeri tirai bambu itu membuka tirainya dan memeluk pasar global. Itu tidak salah. Namun, salah satu aspek yang sering dilewatkan adalah bagaimana warisan leluhur yang pada era Revolusi Kebudayaan dikuyo-kuyo, mulai diakui kembali sebagai suatu hal yang bagus bagi pembangunan Tiongkok. Ajaran-ajaran Konfusius misalnya, yang sudah mendarah daging dalam masyarakat Tiongkok, kembali ditempatkan dalam posisi terhormat. Kitab-kitab Konfusius mulai dikaji kembali. Kuil-kuil yang sebelumnya dipaksa tiarap, kini kembali bergeliat. Tiongkok seperti menemukan jalan barunya yang lebih cerah.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Author

Redaksi